Kamis, 07 Januari 2016

Penjelasan Penulisan Karya Ilmiah

Resume Buku “METODOLOGI PENELITIAN”
Karya Prof.Dr.Nyoman Kutha Ratna, SU.

Bab VI Kerangka Penelitian (Bagian Awal)
Bab VII Kerangka Penelitian (Bagian Tengah)
Bab VIII Kerangka Penelitian (Bagian Akhir)

Metode penelitian seperti : penggunaan teori, penyususnan makalah, penarikan berbagai kesimpulan, temuan, penyusunan daftar pustaka, indeks, glosarium, dan sebagainya. Pembagian proposal menjadi tiga bab (Bab I, Bab II, Bab III), dalam karya ilmiah yang sesungguhnya  (skripsi, tesis, dan disertasi) mungkin dijadikan satu bab sebagai Bab Pendahuluan.
1.          Kerangka Penelitian Bagian Awal
a)             Pernyataan Keaslian, Kata Pengantar, Abstrak
Kata pengantar, prakata,  ucapan terimakasih adalah diuraikan singkat sebelum penyajian isi secara keseluruhan. Lembaran halaman lain yang tercantum sebelum pendahuluan (Bab 1), kata pengantar, abstrak, dan ringkasan menggunakan nomor halaman lain, berupa angka Romawi kecil, diketik pada halaman tengah bawah. Bahasa pada kata pengantar bersifat nonformal. Berbeda dengan uraian isi, dalam kata pengantar penulis dapat menggunakan gelar, baik akademis maupun gelar-gelar kehormatan lain.
Pada karya ilmiah disertasi penulis perlu mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dilanjutkan dengan alasan mengapa penelitian dilakukan, berbagai kesulitan yang dihadapi selama proses penelitian. Penulis juga perlu menyampaikan ucapan terimakasih yang ditujukan pada tim pembimbing, tim promotor, lembaga, tempat kerja, dan para pandorong seperti teman terdekat dan keluarga. Pada bagian akhir sudut kanan bawah dicantumkan kata “penulis” tanpa nama terang.
Abstrak, Secara umum baik abstrak maupun ringkasan menjelaskan keseluruhan isi penelitian. Secara umum juga menunjukkan bahwa penelitian sudah selesai. Penggunaan kata-kata “akan”, “diharapkan”,”diusahakan”, dan sebagainya harus dihindari. Abstrak adalah abstraksi uraian yang sangat singkat mengenai suatu penelitian. Biasanya dibatasi dengan jumlah setengah hingga satu setengah halaman, dengan maksimal 500 kata.
Ringkasan, lebih luas dibandingkan dengan abstrak. Untuk keperluan tesis dan disertasi dibatasi antara setengah hingga lima halaman, tanpa kata-kata kunci. Perbedaan terpenting antara abstrak dengan ringkasan adalah dicantumkannya hasil analisis bab perbab.  Dilihat dari kedudukannya ringkasan dibagi menjadi dua yaitu ringkasan yang dimuat jadi satu dengan karya ilmiah diletakkan setelah abstrak, dan ringkasan yang dibuat secara terpisah dalam bentuk buku kecil.ringkasan yang menjadi satu dengan karya ilmiah tidak perlu mencantumkan daftar pustaka menjadi satu dengan karya ilmiah yang dimaksudkan. Dalam ringkasan jenis kedua ini juga disertakan dengan curriculum vita.

b)             Judul
Dalam karya tulis judul tercantum dengan kover pada lembaran pertama.  Perbedaan antara penyusunan judul fiksi dan nonfiksi, dalam karya nonfiksi, khususnya dalam karya ilmiah judul disusun secara baku, lugas, denotatif, ringkas, dan gramatikal, sehingga tidak menimbulkan banyak penafsiran. Contohnya “Budaya konsumen”
Judul karya ilmiah, khususnya kajian budaya jelas harus mengikuti aturan yang berlaku. Dalam karya ilmiah, pembaca membaca judul dapat membayangkan masalah, tujuan, manfaat, dan keseluruhan isi yang terkandung didalamnya. Tidaka ada batasan jumlah kata dalam judul karya ilmiah, tidak terlalu pendek dan juga tidak panjang. Judul tidak diakhiri dengan tanda titik.
c)             Latar Belakang
Latar belakang berkaitan dengan penelitian dan peneliti dengan catatan bahwa yang lebih penting adalah latar belakang. Dalam sebuah karya ilmiah suatu penelitian bukanlah objek yang terberi. Objek dengan sendirinya sudah ada sehingga peneliti hanya melaksanakan. Objek penelitian hadir didepan peneliti, dalam melakukan penelitian seperti : skripsi, tesis, dan disertasi, proses pematangan dilakukan melalui berbagai kegiatan ilmiah, seperti kuliah terstruktur, konsultasi, seminar-seminar pendahuluan, ujicoba instrumen, termasuk pencapaian nilai toefl dan kemampuan akademis lain. Latar belakang merupakan deskripsi bukan analisis, dikemukakan secara singkat dan lugas.
d)            Masalah
Masalah dengan latar belakang berkaitan erat yang disebut fokus timbul dengan adanya kesenjangan anatar das sein dengan das sollen, ketidaksesuaian antara kenyataan dengan harapan. Menurut lincoln dan guba (1985:215-226) masalah timbul sebagai akibat situasi yang bersumber dari dua variabel atau lebih yang pada gilirannya menimbulkan kebingungan, kesangsian, tanda tanya, bahkan teka-teki yang dengan sendirinya harus dipecahkan.Variabel yang dimaksud mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman sehari-hari dan sebagainya.
e)             Tujuan
Secara paradigmatis, sebagai ilmu ideografis tujuan utama penelitian adalah pemahaman. Sebagai bidang ilmu yang mempertimbangkan relevansi nilai-nilai, ilmu-ilmu humaniora meneliti objek dalam situasi dan kondisi yang khas, sebagai kondisi alamiah. Deskripsi tujuan penelitian pada umumnya mengikuti deskripsi perumusan masalah. Perumusan masalah dibagi menjadi empat macam yaitu deskriptif, kausal, korelasional, dan komparatif,  meskipun masalah hanya satu, sebagai masalah utama, tetapi penelitian berkembang dengan adanya tujuan.
f)              Manfaat
Manfaat yang dimaksud pada karya imiah disesuaikan dengan tujuan. Kesederhanaan berkaitan dengan keterbatasan ruang ruang lingkup, penggalian data, cara analisis, dan dengan sendirinya cara penyajiannya. Manfaat digali dalam dan melalui objek penelitian. Tujuan dibagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Supaya menjadi jelas, baik manfaat praktis maupun teoretis sebaiknya dirinci sesuai dengan luasnya permasalahan yang diangkat, dengan adanya manfaat maka baik peneliti maupun masyarakat dapat lebih memahami arti sebuah penelitian.
g)             Kajian Pustaka
Secara definitif kajian pustaka, penelitian terdahulu, studi pustaka, tinjauan pustaka menurut pemahaman lain, mempertimbangkan keluasan bahan bacaan, kemampuan analisis sekaligus kemampuan menilai literatur bagi seorang peneliti, khususnya literature yang memiliki kaitan langsung dengan objek yang diteliti.
Berbeda dengan bacaan lain, termasuk karya ilmiah populer, membaca karya-karya ilmiah seperti yang dimaksudkan dalam kajian pustaka memerlukan kompetensi tersendiri. Kemampuan yang dimaksudkan, diantaranya menemukan aspek, dimensi lain dari luar masalah yang sudah dibicarakan oleh orang lain. Kajian pustaka memiliki tiga pengertian yang berbeda.
1)             Kajian pustaka meliputi seluruh bahan bacaan yang mungkinpernah dibaca, dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun semata-mata sebagai koleksi pribadi.
2)             Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek. Oleh karena itu sebagian peneliti menggabungkan antara kajian pustaka dengan kerangka teori.
3)             Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
h)             Konsep
Konsep merupakan istilah yang sangat umum, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah, sebagai homo spesies manusia tidak pernah berhenti berpikir. Konsep adalah satu-satunya alat untuk mewadahi kemampuan tersebut. Konsep tercantum secara eksplisit, dijelaskan secara ilmiah dalam rangka menopang komponen lai, khususnya teori. Menurut Strauss dan corbin (2003:56) tapa konsep ilmu pengetahuan dianggap tidak ada.
Konsep diambil dari beberapa sumber yaitu dari jududl penelitian, rumusan masalah, dari masalah terpenting objek penelitian.
Sebagai abstraksi judul mengandung sejumlah kunci melalui pembaca secara jelas mengetahui apa tujuan, manfaat, dan isi penelitian secara keseluruhan. Oleh karena itu keseluruhan kata dianggap konsep dan perlu dijelaskan.
i)               Landasan Teori
Dalam penelitian uraian teori tercantum dalam landasan teori, kerangka teori menurut pemahaman lain dibedakan dengan kajian pustaka, tinjauan pustaka, tinjauan pustaka terdahulu. Baik sebagai landasan maupun kerangka, teori adalah pembicaraan teori itu sendiri, bagaimana konsep-konsepnya, siapa penggagasnya, kapan ditemukan, dan sebagainya.
Landasan teori atau kerangka teori dengan demikian tidak harus berkaitan langsung dengan objek formal. Landasan teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek.
Apabila menggunakan lebih dari satu teori, maka penempatannya harus disusun secera hierarkis, teori yang ditaruh paling dulu adalah teori yang relevan dengan objek, sedangkan teori yang lain berfungsi secara komplementer.
j)               Model penelitian
Model, pola, contoh didefinisikan sebagai cara lain untuk menampilkan suatu gagasan. Cara lain yang dimaksudkan mungkin berupa simbol, diagram, atau tanda-tanda tertentu. Sebagai simbol model dengan sendirinya tidak mencantumkan keseluruhan isi penelitia. Model hanya mencantumkan variabel, objek, dan masalah-masalah terpenting sehingga hanya dengan melihat model secara garis besar isi penelitian dapat terungkapkan. Dalam model juga terungkap gejala yang tidak terobservasi secara langsung.
Sebagai abstraksi penelitian secara keseluruhan model jelas penting. Dengan melihat model peneliti akan memperluas sekaligus membatasi teori yang digunakan, data lapangan yang harus dikumpulkan, variabel dan subvariabel yang terlihat, teori, dan metode yang digunakan, dan dengan sendirinya hasil yang diharapkan.
Dalam melukiskan model penelitian objek (formal) pada umumnya ditaruh ditengah-tengah, dalam posisi yang paling sentral, variabel independen (bebas), sebagai variabel sebab ditaruh disebelah kiri, variabel dependen (terikat) sebagai variabel akibat ditaruh disebelah kanan. Diantara variabel independen dan dependen, variabel terakhirlah yang dianalisis sebab veriabel inilah yang memiliki hakikat yang sama dengan objek. Dengan kalimat lain, variabel dependen sama dengan objek penelitian. Penelitian mengenai pengaruh teknologi komunikasi terhadap prestasi mahasiswa, maka perkembangan teknologi modern dengan berbagai sarana dan prasarananya merupakan variabel independen. Penelitian noneksperimen variabel bebas bersifat logis, sebagai mana terjadi dilapangan.
k)             Rancangan penelitian
Penelitian ilmiah harus mengutamakan kualitas dan objektivitas, maka tugas pertama yang harus dipecahkan adalah membatasinya pada masalah-masalah yang memang dianggap penting dan aktual disatu pihak, para peneliti yang memiliki kompetensi dan dedikasi dipihak lain. Pembatasan yang dimaksudkan dengan sendirinya telah mengimplikasikan perbedaan anatara ilmu pengetahun menjadi dua kelompok, nomotetis dan ideografis, kuantitatif, dan kualitatif. Kelompok ilmu ideografis itu pun dibedakan menjadi dua macam, yaitu ilmu sosial dan ilmu humaniora, didalamnya kajian budaya termasuk sebagai salah satu ilmu yang baru. Rancangan penelitian kajian budaya mengikuti pola-pola sebagaimana dilakukan dalam ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Secara garis besar rancangan penelitian adalah bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis.
Peneliti perlu mengadakan penelitian terlebih dahulu semacam ujicoba, wawancara, observasi singkat dan sebagainya. Kualitatif adalah penelitian antar manusia, sebagi komunikasi intersubjektif. Benar, peneliti adalah seorang ilmuan, individu yang sarat dengan teori metode, teknik, dan berbagai perangkat instrumen lainnya tetapi keseluruhan peralatan akan sia-sia belaka apabila peneliti gagal dalam mengkomunikasikannya dilapangan.
l)               Pendekatan
Pendekatan diartikan sebagai  cara mendekati, cara menjinakkan sehingga hakikat objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Pada penelitian kualitatif pendekatan memegang peranan penting dengan pertimbangan bahwa objek merupakan abstraksi kenyataan yang sesungguhnya, kenyataan sebagimana dilihat oleh kelompok ilmuwan positivistik, kedua pendekatan diartikan sebagai sifat suati ilmu pengetahuan, objek diungkapkan secara lebih objektif. Pendekatan sosiologis , historis, psikologis, literer, antropologis, ekonomis, politis, dan sebagainya, termasuk kajian budaya.  Ketiga pendekatan juga diartikan sebagai cara-cara yang seolah-olah sudah relatif baku, digunakan dalam berbagai disiplin, seperti emik-etik, bentuk-isi, intrinsik-entrinsik, dan bentuk fungsi-makna. Pendekatan memiliki kaitan erat dengan model analisis.
Secara sistematis sebaiknya pendekatan ditaruh sesuadah rancangan, diikuti oleh ruang lingkup. Dasar pertimbangannya, pendekatan dianggap sebagai konsekuansi logis penetapan cetak biru penjilitan.

m)           Ruang lingkup
Subbab ruang lingkup, skop, jangkauan, berfungsi untuk membatasi luas penelitian. Ruang penelitian tidak berkaitan langsung dengan waktu, meskipun waktu juga sering menjadi masalah, khususnya dikaitkan dengan lama studi, penerimaan beasiswa, batas waktu untuk di-drop out dan sebagainya.
Ruang lingkup berkaitan dengan lokasi, latar belakang, masalah, dan tujuan , khususnya objek yang dianalisis, dalam hubungan ini variabel dan subvariabel. Pembatasan ruang lingkup berkaitan dengan studi kasusu yang pada umumnya merupakan ciri khas kajian budaya, ilmu-ilmu budaya pada umumnya. Penelitian dibatasi pada kasus-kasus tertentu.
n)             Lokasi
Dalam penelitian lokasi sangat penting. Sebagai latar belakang, sebagai objek material peran lokasi tampak dalam kaitannya dengan sumber informasi terhadap objek secara keseluruhan. Dengan singkat, objek tidak berada didalam kekosongan, objek berada dan digali melalui lokasi, sehingga lokasi seolah-olah merupakan tempat bertanya bagi pemecahan permasalahan selanjutnya.
Penelitian yang baik memerlukan waktu yang cukup panjang. Dikaitkan dengan lokasi tersebut, maka yang terpenting adalah bagaimana seorang peneliti dapat beradaptasi, bagaimana ia memperoleh kepercayaan selama dilokasi.

2.          Kerangka Penelitian Bagian Tengah
a)             Metode Analisis
Penelitian dapat didokumentasikan secara relatif lengkap, analisis hendaknya dilakukan sesegera mungkin sesuadah pengumpulan data. Penelitian analisis dan pengumpulan data  sangat penting. Kedua kegiatan merupakan proses yang saling menentukan dan saling melegkapi. Analisis data jelas dilakukan sesudah pengumpulan data. Sesudah data terkumpul secara relatif lengkaplah baru dilakukan analisis. Dalam penelitian yang menggunakan teoti formal analisis jelas diarahkan oleh teori yang pada dasarnya juga deperoleh atas dasarnya juga diperoleh atas dasar kesesuaian dengan objek, dibantu pemecahannya oleh metode yang relevan. Teori kajian budaya adalah teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok postrukturalisme, sedangkan metodenya adalah kualitatif dengan varian-variannya. Baik teori maupun metode digunakan sesuai dengan hakikat objeknya disatu pihak lain. Artinya teori dan metode yang memang benar-benar memiliki akurasinya yang paling tinggilah yang paling dominan, sedangkan teori dan metode lain berfungsi sebagai pelengkap.
Dalam ilmu sosial humniora dikenal beberapa metode, diantarany : kuantitatif, kualitatif interpretatif, hermeneutika, verstehen, deskriptif analitik (deskriptif interpretatif), dialektika, analisisi, induktif-deduktif, emik-etik, komparasi, klasifikasi, dan sebaginya.
Metode kuantitatif dan kualitatif (murni) jelas merupakan metode ilmu sosial (murni). metode yang dianggap memiliki relevansi paling tinggi terhadap kejian budaya adalah : kualitatif interpretatif, hermeneutika, verstehen, dialektika, induktif, deduktif, komparatif, dan deskriptif analitik. Metode yang lain pada dasarnya sudah termasuk atau merupakan komplementer metode yang dimaksudkan.
b)             Model Analisis
Objek studi kebudayaan, khususnya kajian budaya sangat luas, meliputi seluruh aspek kehidupan, yang pada umumnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu benda-benda keras, hubungan-hubungan sosial, dan proses mental.
Dalam penelitian kualitatif ketig jenis sumber data tersebut, seperti candi, senjata, sistem kekeluargaan, sistem sosial, pikiran dan perasaan, baik dalam kondisi yang sesungguhnya, masih berada dalam kepala, maupun sesudah ditransformasi dalam karya tulis, seperti hukum, sastra, dan berbagai bentuk dokumen lainnya, dianalisis dalam dan melalui bentuk kata-kata, frase, dan kalimat, yang secara keseluruhan disebut wacana teks, atau diskursus.
Penelitian dengan objek karya sastra dan bentuk tekstual lainnya, misal memerlukan model analisis wacana, kajian dengan objek yang didominasioalh unsur-unsur kejiwaan, dan aspek-aspek mental lainnya memerlukan analisis psikologis, demikian seterusnya. Disamping itu yang perlu dipahami adalah kenyataan bahwa antara model analisis yang satu dengan yang lain tidak bisa dipisahkan, sehingga mencantumkan salah satu model analisis secara subordinatif berarti juga melibatkan cara-cara yang lain. Model analisis yang dimaksudka, diantaranya
1)      Analisis bentuk dan isi
2)      Bentuk, fungsi, dan makna
3)      Ekstrinsik dan intrinsik
4)      Isi
5)      Historis
6)      Sosiologis
7)      Psikologis
8)      Biografis
9)      Struktur
10)  Postruktur
11)  Emik-etik
12)  Wacana
13)  Analisis kajian budaya
c)             Cara Analisis
Ciri khas penelitian kualitatif adalah dihasilkannya kompleksitas dan heterogenitas data. Pertama, penelitian kualitatif dilakukan dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan berbagai metode, teknik, dan instrumen. Kedua, dikaitkan dengan kajian budaya, kualitatif berkaitan dengan keterlibatan berbagai ilmu dengan hakikatnya masing-masing. Konsekuansi logis yang ditimbulkan adalah tabulasi data dalam jumlah yang relatif besar dengan sendirinya memerlukan pemahaman dan pemecahan secara berbeda-beda. Disinilah letak perbedaan antara enelitian kuantitatif dengan kulaitatif, dalam penelitian pertama baik rancangan, pengumpulan data, dan analisis dilakukan secara ketatsehingga tidak dimungkinkan timbulnya masalah lain selain masalah-masalah yang sudah direncanakan, sebagai ciri deduktif. Sebaliknya dalam penelitian kedua, penelitian kulaitatif, justru perubahan dan ketakdurgaan inilah yang terjadi. Lahirlah data baru merupakan saat yang ditunggu-tunggu, sehingga peneliti dan rancanganlah yang justru harus disesuaikan.
Dalam setiap penelitian terkandung tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Secara definitif pengumpulan data, baik melalui metode lapangan maupun pustaka.
Proses analisis pada dasarnya proses penafsiran, interpretasi dilakuka secara bersama-sama dengan pengolahan data, bahkan boleh dikatakan anatara analisis dengan interpretasi sama. Metodenya disebut kualitatif interpretaatif. Pendapat kedua menyebutkan bahwa analisis terbatas sebagai mengorganisasikan data, dari data lapangan yang sama sekali masih terpisah-pisah, baik sebagai hasil wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan sebagainya. Penafsiran dengan demikian didefinisikan sebagai cara memberikan makna terhadap data yang sudah diorganisasikan. Para ahli tersebut memebedakan anatar analisis data dengan penafsiran data.
Dalam analisis seperti tampak pada kerangka isi secara keseluruhan, sesudah bab pendahuluan dengan latar belakang, masalah tujuan, manfaat, dan sebagainya. Pada umumnya diikuti dengan pembicaraan mengenaidampak dan makna yang secara keseluruhan diperoleh melalui interpretasi.
1)                       Pengumpulan data , didalamnya sudah termasuk analisis, kemudian dilanjutkan dengan analisis, didalamnya sudah termasuk interpretasi
Pengumpulan data + analisis -> analisis + interpretasi ->  simpulan dan saran
2)                       Pengumpulan data, analisis, dan interpretasi dilakukan secara bersama-sama
Pengumpulan data + analisis + interpretasi -> simpulan dan saran
3)                       Pengumpulan data, dilanjutkan dengan anlalisis , dilajutkan dengan interpretasi.
Pengumpulan data -> analisis -> interpretasi -> simpulan dan saran.

3.          Kerangka Penelitian bagian akhir
a)             Simpulan
Sebagai polisemi kata dasar simpul memiliki tiga arti yaitu ikatan pada tali, senyum, dan ringkasan dari suatu uraian. Membaca simpulan berarti dianggap sudah memahami isinya secara keseluruhan. Simpulan diturunkan melalui masalah, maka uraiannya mengikuti masalah. Makin banyak masalah yang dikemukakan maka semakin banyak simpulan yang harus dipertanggungjawabkan.
Simpulan disusun dengan bahasa yang efisien dan efektif, tidak menggunakan teori, metode, rujukan, tabel, diagram, melainkan narasi biasa. Simpulan merupakan abstraksi dari keseluruhan analisis.
b)             Saran
Dalam penelitian, latar belakang, saran, dan masalah tidak dapat dipisahkan. Apabila simpulan berkaitan dengan hasil suatu penelitian, saran adalah tindak lanjut , apa yang harus dilakukan, siapa sebaiknya yang sebaiknya harus dilakukannya, sehingga penelitian benar-benar bermanfaat, baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Saran, rekomendasi dibedakan menjadi dua macam yaitu saran akademis dan praktis. Saran akademis berkaitan dengan prasyarat ilmiah, seperti temuan teori dan metode, termasuk hasil penelitian. Saran praktis adalah saran yang bisa dimanfaatkan secara langsung. Sesuai dengan hakikat penelitian, saran-saran yang dimaksudkan pada umumnya ditujukan pada lembaga tertentu, baik pemerintah maupun swasta sebagai sarana untuk menentukan kebijakan.
c)             Temuan
Istilah temuan baru (novelty) pada umumnya lebih dikenal dalam bidang imlu kealaman. Setiap penelitian dikaitkan dengan permasalahan temuan yang berhasil diungkapkan. Secara teoretis temuan dihasilkan melalui hipotesis. Penelitian pada dasarnya membuktikan hipotesis sekaligus menemukan temuan tersebut.
Istilah temuan yaitu penciptaan dan pemahaman. Apabila temuan megandaikan bahwa sesuatu yang dijadikan sebagai objek belum diketahui keberadaanya, sebaliknya, penciptaan mengandaikan bahwa objek benar-benar belum ada, belum diketahui. Objek diciptakan oleh subyek penciptanya.
d)            Daftar Pustaka
Daftar pustaka, daftar bacaan, pustaka acuan, referensi, dan bibliografi menurut pemahaman yang lain adalah buku-buku bacaan yang berfungsi untuk menopang validitas analisis penelitian. Penelitian merupakan akumulasi penelitian terdahulu, sejak ilmu pengetahuan ditemukan dalam kaitannya dengan sejarah ilmu pengetahuan, sejak peneliti secara sah melibatkan diri dalam perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri disatu pihak, menjadi seorang peneliti formal dalam kaitannya dengan program studi tertentu.
Penulisan daftar pustaka tidak mudah seperti diduga sebelumnya. Pertama, daftar pustaka disusun secara alfabetis. Kedua, setiap jenis karya ilmiah memerlukan cara penulisan yang berbeda. Seperti penulisan cetak miring dan penggunaan tanda kutip.
e)             Glosarium
Glosarium didefinisikan sebagai kamus yang lebih ringkas sebab hanya berkaitan dengan bidang tertentu. Penyusunan glosarium didasarkan atas dua kemungkinan, pertama, istilah-istilah khusus sebagi istilah kunci, dalam hubungan ini berkaitan dengan masalah pokok penelitian. Kedua , istialh-istilah yang berasal baik dari bahasa daerah maupun asing yang dianggap perlu dan berkaitan dengan objek penelitian. Istilah-istilah kunci khusus diperlukan oleh pembaca yang tidak sebidang.
Glosarium disusun secara alfabetis setiap istilah dijelaskan dengan kata-kata yang lugas, mudah dimengerti. Glosarium berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami isi uraian secara keseluruhan, bukan menyajikan istilah baru yang justru mempersulit pemahamannya. Pembaca bukan semata-mata berasal dari disiplin yang bersangkutan melainkan dari berbagai disiplin ilmu.
f)              Indeks
Indeks disusun secara alfabetis. Tujuannya jelas untuk memperoleh informasi secara cepat. Alfabet, urutan huruf yang disepakati secara universal. Diduga ditemukan oleh orang semit kuno (1.500SM) yang memberi kemudahan.
Indeks ada dua yaitu indeks nama dan indeks subjek atau masalah. Secara definitif indeks nama terdiri atas urutan semua nama orang, yaitu para penulis buku dan nama-nama lain yang dianggap relevan. Sedangkan indeks subjek adalah urutan pokok permasalahan yang dibicarakan dalam analisis. Ciri khas indeks dicantumkannya halaman.
g)             Penggunaan bahasa
Ciri-ciri terpenting bahasa karya ilmiah adalah ringkas, lugas, efektif, dan efisien. Bahasa karya ilmiah langsung ditujukan pada hakikat objek. Bahasa karya ilmiah adalah denotatif, tidak bermakna ganda, meskipun objek yang dijelaskan mengandung banyak makna.
Secara praktis dalam penyajian suatu hasil penelitian hendaknya dihindarkan penggunaan kata penghubung diawal kalimat. Karya ilmiah disajikan dengan menggunakan kalimat-kalimat singkat dengan susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Penggunaan bahasa karya ilmiahberpedoman dengan ejaan  yang disempurnakan (EYD) dan berbagai buku petunjuk penyusunan karya ilmiah.
h)             Lampiran
Lampiran tercantum paling akhir. Lampiran, apindeks adalah semua data pendukung yang tidak bisa dimuat dalam uraian tetapi memiliki fungsi menentukan dalam rangka menopang data. Sinopsis cerita, cerita itu sendiri, undang-undang, kliping data, daftar informan, daftar pernyataan, surat-surat perjanjian, dan sebagainya dimasukkan kedalam lampiran. Semua lampiran harus dirujuk dalam analisis sehingga tidak ada lampiran yang tidak berfungsi.


Daftar Pustaka
Ratna, nyoman kutha. 2010. Metodologi penelitian. Yogyakarta:pustaka pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar