Resume Buku
“METODOLOGI PENELITIAN”
Karya
Prof.Dr.Nyoman Kutha Ratna, SU.
Bab VI Kerangka Penelitian (Bagian Awal)
Bab VII Kerangka Penelitian (Bagian Tengah)
Bab VIII Kerangka Penelitian (Bagian Akhir)
Metode penelitian seperti : penggunaan teori, penyususnan
makalah, penarikan berbagai kesimpulan, temuan, penyusunan daftar pustaka,
indeks, glosarium, dan sebagainya. Pembagian proposal menjadi tiga bab (Bab I,
Bab II, Bab III), dalam karya ilmiah yang sesungguhnya (skripsi, tesis, dan disertasi) mungkin
dijadikan satu bab sebagai Bab Pendahuluan.
1.
Kerangka
Penelitian Bagian Awal
a)
Pernyataan Keaslian, Kata Pengantar,
Abstrak
Kata
pengantar, prakata, ucapan terimakasih
adalah diuraikan singkat sebelum penyajian isi secara keseluruhan. Lembaran
halaman lain yang tercantum sebelum pendahuluan (Bab 1), kata pengantar,
abstrak, dan ringkasan menggunakan nomor halaman lain, berupa angka Romawi
kecil, diketik pada halaman tengah bawah. Bahasa pada kata pengantar bersifat
nonformal. Berbeda dengan uraian isi, dalam kata pengantar penulis dapat
menggunakan gelar, baik akademis maupun gelar-gelar kehormatan lain.
Pada karya ilmiah disertasi penulis perlu
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa sesuai dengan keyakinan
masing-masing. Dilanjutkan dengan alasan mengapa penelitian dilakukan, berbagai
kesulitan yang dihadapi selama proses penelitian. Penulis juga perlu
menyampaikan ucapan terimakasih yang ditujukan pada tim pembimbing, tim
promotor, lembaga, tempat kerja, dan para pandorong seperti teman terdekat dan
keluarga. Pada bagian akhir sudut kanan bawah dicantumkan kata “penulis” tanpa
nama terang.
Abstrak, Secara umum baik abstrak maupun ringkasan
menjelaskan keseluruhan isi penelitian. Secara umum juga menunjukkan bahwa
penelitian sudah selesai. Penggunaan kata-kata “akan”,
“diharapkan”,”diusahakan”, dan sebagainya harus dihindari. Abstrak adalah
abstraksi uraian yang sangat singkat mengenai suatu penelitian. Biasanya
dibatasi dengan jumlah setengah hingga satu setengah halaman, dengan maksimal
500 kata.
Ringkasan,
lebih luas dibandingkan dengan abstrak. Untuk keperluan tesis dan disertasi
dibatasi antara setengah hingga lima halaman, tanpa kata-kata kunci. Perbedaan
terpenting antara abstrak dengan ringkasan adalah dicantumkannya hasil analisis
bab perbab. Dilihat dari kedudukannya
ringkasan dibagi menjadi dua yaitu ringkasan yang dimuat jadi satu dengan karya
ilmiah diletakkan setelah abstrak, dan ringkasan yang dibuat secara terpisah
dalam bentuk buku kecil.ringkasan yang menjadi satu dengan karya ilmiah tidak
perlu mencantumkan daftar pustaka menjadi satu dengan karya ilmiah yang
dimaksudkan. Dalam ringkasan jenis kedua ini juga disertakan dengan curriculum vita.
b)
Judul
Dalam karya tulis judul tercantum dengan kover pada
lembaran pertama. Perbedaan antara
penyusunan judul fiksi dan nonfiksi, dalam karya nonfiksi, khususnya dalam
karya ilmiah judul disusun secara baku, lugas, denotatif, ringkas, dan
gramatikal, sehingga tidak menimbulkan banyak penafsiran. Contohnya “Budaya
konsumen”
Judul karya ilmiah, khususnya kajian budaya jelas
harus mengikuti aturan yang berlaku. Dalam karya ilmiah, pembaca membaca judul
dapat membayangkan masalah, tujuan, manfaat, dan keseluruhan isi yang
terkandung didalamnya. Tidaka ada batasan jumlah kata dalam judul karya ilmiah,
tidak terlalu pendek dan juga tidak panjang. Judul tidak diakhiri dengan tanda
titik.
c)
Latar Belakang
Latar belakang berkaitan dengan penelitian dan
peneliti dengan catatan bahwa yang lebih penting adalah latar belakang. Dalam
sebuah karya ilmiah suatu penelitian bukanlah objek yang terberi. Objek dengan
sendirinya sudah ada sehingga peneliti hanya melaksanakan. Objek penelitian
hadir didepan peneliti, dalam melakukan penelitian seperti : skripsi, tesis,
dan disertasi, proses pematangan dilakukan melalui berbagai kegiatan ilmiah,
seperti kuliah terstruktur, konsultasi, seminar-seminar pendahuluan, ujicoba
instrumen, termasuk pencapaian nilai toefl dan kemampuan akademis lain. Latar
belakang merupakan deskripsi bukan analisis, dikemukakan secara singkat dan
lugas.
d)
Masalah
Masalah dengan latar belakang berkaitan erat yang
disebut fokus timbul dengan adanya kesenjangan anatar das sein dengan das
sollen, ketidaksesuaian antara kenyataan dengan harapan. Menurut lincoln dan
guba (1985:215-226) masalah timbul sebagai akibat situasi yang bersumber dari
dua variabel atau lebih yang pada gilirannya menimbulkan kebingungan,
kesangsian, tanda tanya, bahkan teka-teki yang dengan sendirinya harus
dipecahkan.Variabel yang dimaksud mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman
sehari-hari dan sebagainya.
e)
Tujuan
Secara paradigmatis, sebagai ilmu ideografis tujuan
utama penelitian adalah pemahaman. Sebagai bidang ilmu yang mempertimbangkan
relevansi nilai-nilai, ilmu-ilmu humaniora meneliti objek dalam situasi dan
kondisi yang khas, sebagai kondisi alamiah. Deskripsi tujuan penelitian pada
umumnya mengikuti deskripsi perumusan masalah. Perumusan masalah dibagi menjadi
empat macam yaitu deskriptif, kausal, korelasional, dan komparatif, meskipun masalah hanya satu, sebagai masalah
utama, tetapi penelitian berkembang dengan adanya tujuan.
f)
Manfaat
Manfaat yang dimaksud pada karya imiah disesuaikan
dengan tujuan. Kesederhanaan berkaitan dengan keterbatasan ruang ruang lingkup,
penggalian data, cara analisis, dan dengan sendirinya cara penyajiannya.
Manfaat digali dalam dan melalui objek penelitian. Tujuan dibagi menjadi dua
yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Supaya menjadi jelas, baik manfaat
praktis maupun teoretis sebaiknya dirinci sesuai dengan luasnya permasalahan
yang diangkat, dengan adanya manfaat maka baik peneliti maupun masyarakat dapat
lebih memahami arti sebuah penelitian.
g)
Kajian Pustaka
Secara definitif kajian pustaka, penelitian
terdahulu, studi pustaka, tinjauan pustaka menurut pemahaman lain,
mempertimbangkan keluasan bahan bacaan, kemampuan analisis sekaligus kemampuan
menilai literatur bagi seorang peneliti, khususnya literature yang memiliki
kaitan langsung dengan objek yang diteliti.
Berbeda dengan bacaan lain, termasuk karya ilmiah
populer, membaca karya-karya ilmiah seperti yang dimaksudkan dalam kajian
pustaka memerlukan kompetensi tersendiri. Kemampuan yang dimaksudkan,
diantaranya menemukan aspek, dimensi lain dari luar masalah yang sudah
dibicarakan oleh orang lain. Kajian pustaka memiliki tiga pengertian yang
berbeda.
1)
Kajian pustaka meliputi seluruh bahan
bacaan yang mungkinpernah dibaca, dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan
maupun semata-mata sebagai koleksi pribadi.
2)
Kajian pustaka sering dikaitkan dengan
kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk
menganalisis objek. Oleh karena itu sebagian peneliti menggabungkan antara
kajian pustaka dengan kerangka teori.
3)
Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan
yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
h)
Konsep
Konsep merupakan istilah yang sangat umum, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah, sebagai homo spesies manusia
tidak pernah berhenti berpikir. Konsep adalah satu-satunya alat untuk mewadahi
kemampuan tersebut. Konsep tercantum secara eksplisit, dijelaskan secara ilmiah
dalam rangka menopang komponen lai, khususnya teori. Menurut Strauss dan corbin
(2003:56) tapa konsep ilmu pengetahuan dianggap tidak ada.
Konsep diambil dari beberapa sumber yaitu dari
jududl penelitian, rumusan masalah, dari masalah terpenting objek penelitian.
Sebagai abstraksi judul mengandung sejumlah kunci
melalui pembaca secara jelas mengetahui apa tujuan, manfaat, dan isi penelitian
secara keseluruhan. Oleh karena itu keseluruhan kata dianggap konsep dan perlu
dijelaskan.
i)
Landasan Teori
Dalam penelitian uraian teori tercantum dalam
landasan teori, kerangka teori menurut pemahaman lain dibedakan dengan kajian
pustaka, tinjauan pustaka, tinjauan pustaka terdahulu. Baik sebagai landasan
maupun kerangka, teori adalah pembicaraan teori itu sendiri, bagaimana
konsep-konsepnya, siapa penggagasnya, kapan ditemukan, dan sebagainya.
Landasan teori atau kerangka teori dengan demikian
tidak harus berkaitan langsung dengan objek formal. Landasan teori adalah
teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek.
Apabila menggunakan lebih dari satu teori, maka
penempatannya harus disusun secera hierarkis, teori yang ditaruh paling dulu
adalah teori yang relevan dengan objek, sedangkan teori yang lain berfungsi
secara komplementer.
j)
Model penelitian
Model, pola, contoh didefinisikan sebagai cara lain
untuk menampilkan suatu gagasan. Cara lain yang dimaksudkan mungkin berupa
simbol, diagram, atau tanda-tanda tertentu. Sebagai simbol model dengan
sendirinya tidak mencantumkan keseluruhan isi penelitia. Model hanya
mencantumkan variabel, objek, dan masalah-masalah terpenting sehingga hanya
dengan melihat model secara garis besar isi penelitian dapat terungkapkan.
Dalam model juga terungkap gejala yang tidak terobservasi secara langsung.
Sebagai abstraksi penelitian secara keseluruhan
model jelas penting. Dengan melihat model peneliti akan memperluas sekaligus
membatasi teori yang digunakan, data lapangan yang harus dikumpulkan, variabel
dan subvariabel yang terlihat, teori, dan metode yang digunakan, dan dengan
sendirinya hasil yang diharapkan.
Dalam melukiskan model penelitian objek (formal)
pada umumnya ditaruh ditengah-tengah, dalam posisi yang paling sentral,
variabel independen (bebas), sebagai variabel sebab ditaruh disebelah kiri,
variabel dependen (terikat) sebagai variabel akibat ditaruh disebelah kanan.
Diantara variabel independen dan dependen, variabel terakhirlah yang dianalisis
sebab veriabel inilah yang memiliki hakikat yang sama dengan objek. Dengan
kalimat lain, variabel dependen sama dengan objek penelitian. Penelitian
mengenai pengaruh teknologi komunikasi terhadap prestasi mahasiswa, maka
perkembangan teknologi modern dengan berbagai sarana dan prasarananya merupakan
variabel independen. Penelitian noneksperimen variabel bebas bersifat logis,
sebagai mana terjadi dilapangan.
k)
Rancangan penelitian
Penelitian ilmiah harus mengutamakan kualitas dan
objektivitas, maka tugas pertama yang harus dipecahkan adalah membatasinya pada
masalah-masalah yang memang dianggap penting dan aktual disatu pihak, para
peneliti yang memiliki kompetensi dan dedikasi dipihak lain. Pembatasan yang
dimaksudkan dengan sendirinya telah mengimplikasikan perbedaan anatara ilmu
pengetahun menjadi dua kelompok, nomotetis dan ideografis, kuantitatif, dan
kualitatif. Kelompok ilmu ideografis itu pun dibedakan menjadi dua macam, yaitu
ilmu sosial dan ilmu humaniora, didalamnya kajian budaya termasuk sebagai salah
satu ilmu yang baru. Rancangan penelitian kajian budaya mengikuti pola-pola
sebagaimana dilakukan dalam ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Secara garis
besar rancangan penelitian adalah bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis.
Peneliti perlu mengadakan penelitian terlebih dahulu
semacam ujicoba, wawancara, observasi singkat dan sebagainya. Kualitatif adalah
penelitian antar manusia, sebagi komunikasi intersubjektif. Benar, peneliti
adalah seorang ilmuan, individu yang sarat dengan teori metode, teknik, dan
berbagai perangkat instrumen lainnya tetapi keseluruhan peralatan akan sia-sia
belaka apabila peneliti gagal dalam mengkomunikasikannya dilapangan.
l)
Pendekatan
Pendekatan diartikan sebagai cara mendekati, cara menjinakkan sehingga
hakikat objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Pada penelitian kualitatif
pendekatan memegang peranan penting dengan pertimbangan bahwa objek merupakan
abstraksi kenyataan yang sesungguhnya, kenyataan sebagimana dilihat oleh
kelompok ilmuwan positivistik, kedua pendekatan diartikan sebagai sifat suati
ilmu pengetahuan, objek diungkapkan secara lebih objektif. Pendekatan
sosiologis , historis, psikologis, literer, antropologis, ekonomis, politis,
dan sebagainya, termasuk kajian budaya.
Ketiga pendekatan juga diartikan sebagai cara-cara yang seolah-olah
sudah relatif baku, digunakan dalam berbagai disiplin, seperti emik-etik,
bentuk-isi, intrinsik-entrinsik, dan bentuk fungsi-makna. Pendekatan memiliki
kaitan erat dengan model analisis.
Secara sistematis sebaiknya pendekatan ditaruh sesuadah
rancangan, diikuti oleh ruang lingkup. Dasar pertimbangannya, pendekatan
dianggap sebagai konsekuansi logis penetapan cetak biru penjilitan.
m)
Ruang lingkup
Subbab ruang lingkup, skop, jangkauan, berfungsi
untuk membatasi luas penelitian. Ruang penelitian tidak berkaitan langsung
dengan waktu, meskipun waktu juga sering menjadi masalah, khususnya dikaitkan
dengan lama studi, penerimaan beasiswa, batas waktu untuk di-drop out dan
sebagainya.
Ruang lingkup berkaitan dengan lokasi, latar
belakang, masalah, dan tujuan , khususnya objek yang dianalisis, dalam hubungan
ini variabel dan subvariabel. Pembatasan ruang lingkup berkaitan dengan studi
kasusu yang pada umumnya merupakan ciri khas kajian budaya, ilmu-ilmu budaya
pada umumnya. Penelitian dibatasi pada kasus-kasus tertentu.
n)
Lokasi
Dalam penelitian lokasi sangat penting. Sebagai
latar belakang, sebagai objek material peran lokasi tampak dalam kaitannya
dengan sumber informasi terhadap objek secara keseluruhan. Dengan singkat,
objek tidak berada didalam kekosongan, objek berada dan digali melalui lokasi,
sehingga lokasi seolah-olah merupakan tempat bertanya bagi pemecahan
permasalahan selanjutnya.
Penelitian yang baik memerlukan waktu yang cukup
panjang. Dikaitkan dengan lokasi tersebut, maka yang terpenting adalah
bagaimana seorang peneliti dapat beradaptasi, bagaimana ia memperoleh
kepercayaan selama dilokasi.
2.
Kerangka
Penelitian Bagian Tengah
a)
Metode Analisis
Penelitian dapat didokumentasikan secara relatif
lengkap, analisis hendaknya dilakukan sesegera mungkin sesuadah pengumpulan
data. Penelitian analisis dan pengumpulan data
sangat penting. Kedua kegiatan merupakan proses yang saling menentukan
dan saling melegkapi. Analisis data jelas dilakukan sesudah pengumpulan data.
Sesudah data terkumpul secara relatif lengkaplah baru dilakukan analisis. Dalam
penelitian yang menggunakan teoti formal analisis jelas diarahkan oleh teori
yang pada dasarnya juga deperoleh atas dasarnya juga diperoleh atas dasar
kesesuaian dengan objek, dibantu pemecahannya oleh metode yang relevan. Teori
kajian budaya adalah teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok
postrukturalisme, sedangkan metodenya adalah kualitatif dengan varian-variannya.
Baik teori maupun metode digunakan sesuai dengan hakikat objeknya disatu pihak
lain. Artinya teori dan metode yang memang benar-benar memiliki akurasinya yang
paling tinggilah yang paling dominan, sedangkan teori dan metode lain berfungsi
sebagai pelengkap.
Dalam ilmu sosial humniora dikenal beberapa metode,
diantarany : kuantitatif, kualitatif interpretatif, hermeneutika, verstehen,
deskriptif analitik (deskriptif interpretatif), dialektika, analisisi,
induktif-deduktif, emik-etik, komparasi, klasifikasi, dan sebaginya.
Metode kuantitatif dan kualitatif (murni) jelas
merupakan metode ilmu sosial (murni). metode yang dianggap memiliki relevansi
paling tinggi terhadap kejian budaya adalah : kualitatif interpretatif,
hermeneutika, verstehen, dialektika, induktif, deduktif, komparatif, dan
deskriptif analitik. Metode yang lain pada dasarnya sudah termasuk atau
merupakan komplementer metode yang dimaksudkan.
b)
Model Analisis
Objek studi kebudayaan, khususnya kajian budaya
sangat luas, meliputi seluruh aspek kehidupan, yang pada umumnya dibedakan
menjadi tiga macam yaitu benda-benda keras, hubungan-hubungan sosial, dan
proses mental.
Dalam penelitian kualitatif ketig jenis sumber data
tersebut, seperti candi, senjata, sistem kekeluargaan, sistem sosial, pikiran
dan perasaan, baik dalam kondisi yang sesungguhnya, masih berada dalam kepala,
maupun sesudah ditransformasi dalam karya tulis, seperti hukum, sastra, dan
berbagai bentuk dokumen lainnya, dianalisis dalam dan melalui bentuk kata-kata,
frase, dan kalimat, yang secara keseluruhan disebut wacana teks, atau
diskursus.
Penelitian dengan objek karya sastra dan bentuk
tekstual lainnya, misal memerlukan model analisis wacana, kajian dengan objek
yang didominasioalh unsur-unsur kejiwaan, dan aspek-aspek mental lainnya
memerlukan analisis psikologis, demikian seterusnya. Disamping itu yang perlu
dipahami adalah kenyataan bahwa antara model analisis yang satu dengan yang
lain tidak bisa dipisahkan, sehingga mencantumkan salah satu model analisis
secara subordinatif berarti juga melibatkan cara-cara yang lain. Model analisis
yang dimaksudka, diantaranya
1) Analisis
bentuk dan isi
2) Bentuk,
fungsi, dan makna
3) Ekstrinsik
dan intrinsik
4) Isi
5) Historis
6) Sosiologis
7) Psikologis
8) Biografis
9) Struktur
10) Postruktur
11) Emik-etik
12) Wacana
13) Analisis
kajian budaya
c)
Cara Analisis
Ciri khas penelitian kualitatif adalah dihasilkannya
kompleksitas dan heterogenitas data. Pertama, penelitian kualitatif dilakukan
dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan berbagai metode, teknik, dan
instrumen. Kedua, dikaitkan dengan kajian budaya, kualitatif berkaitan dengan
keterlibatan berbagai ilmu dengan hakikatnya masing-masing. Konsekuansi logis
yang ditimbulkan adalah tabulasi data dalam jumlah yang relatif besar dengan
sendirinya memerlukan pemahaman dan pemecahan secara berbeda-beda. Disinilah
letak perbedaan antara enelitian kuantitatif dengan kulaitatif, dalam
penelitian pertama baik rancangan, pengumpulan data, dan analisis dilakukan
secara ketatsehingga tidak dimungkinkan timbulnya masalah lain selain
masalah-masalah yang sudah direncanakan, sebagai ciri deduktif. Sebaliknya
dalam penelitian kedua, penelitian kulaitatif, justru perubahan dan
ketakdurgaan inilah yang terjadi. Lahirlah data baru merupakan saat yang
ditunggu-tunggu, sehingga peneliti dan rancanganlah yang justru harus disesuaikan.
Dalam setiap penelitian terkandung tiga kegiatan
pokok yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, yaitu pengumpulan data,
analisis data, dan penyajian hasil analisis. Secara definitif pengumpulan data,
baik melalui metode lapangan maupun pustaka.
Proses analisis pada dasarnya proses penafsiran,
interpretasi dilakuka secara bersama-sama dengan pengolahan data, bahkan boleh
dikatakan anatara analisis dengan interpretasi sama. Metodenya disebut
kualitatif interpretaatif. Pendapat kedua menyebutkan bahwa analisis terbatas
sebagai mengorganisasikan data, dari data lapangan yang sama sekali masih
terpisah-pisah, baik sebagai hasil wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan
sebagainya. Penafsiran dengan demikian didefinisikan sebagai cara memberikan makna
terhadap data yang sudah diorganisasikan. Para ahli tersebut memebedakan anatar
analisis data dengan penafsiran data.
Dalam analisis seperti tampak pada kerangka isi
secara keseluruhan, sesudah bab pendahuluan dengan latar belakang, masalah
tujuan, manfaat, dan sebagainya. Pada umumnya diikuti dengan pembicaraan
mengenaidampak dan makna yang secara keseluruhan diperoleh melalui
interpretasi.
1)
Pengumpulan data , didalamnya sudah
termasuk analisis, kemudian dilanjutkan dengan analisis, didalamnya sudah termasuk
interpretasi
Pengumpulan data + analisis ->
analisis + interpretasi -> simpulan
dan saran
2)
Pengumpulan data, analisis, dan
interpretasi dilakukan secara bersama-sama
Pengumpulan data + analisis +
interpretasi -> simpulan dan saran
3)
Pengumpulan data, dilanjutkan dengan
anlalisis , dilajutkan dengan interpretasi.
Pengumpulan data -> analisis -> interpretasi
-> simpulan dan saran.
3.
Kerangka
Penelitian bagian akhir
a)
Simpulan
Sebagai polisemi kata dasar simpul memiliki tiga
arti yaitu ikatan pada tali, senyum, dan ringkasan dari suatu uraian. Membaca
simpulan berarti dianggap sudah memahami isinya secara keseluruhan. Simpulan
diturunkan melalui masalah, maka uraiannya mengikuti masalah. Makin banyak
masalah yang dikemukakan maka semakin banyak simpulan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Simpulan disusun dengan bahasa yang efisien dan
efektif, tidak menggunakan teori, metode, rujukan, tabel, diagram, melainkan
narasi biasa. Simpulan merupakan abstraksi dari keseluruhan analisis.
b)
Saran
Dalam penelitian, latar belakang, saran, dan masalah
tidak dapat dipisahkan. Apabila simpulan berkaitan dengan hasil suatu
penelitian, saran adalah tindak lanjut , apa yang harus dilakukan, siapa
sebaiknya yang sebaiknya harus dilakukannya, sehingga penelitian benar-benar
bermanfaat, baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun
perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Saran, rekomendasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
saran akademis dan praktis. Saran akademis berkaitan dengan prasyarat ilmiah,
seperti temuan teori dan metode, termasuk hasil penelitian. Saran praktis
adalah saran yang bisa dimanfaatkan secara langsung. Sesuai dengan hakikat
penelitian, saran-saran yang dimaksudkan pada umumnya ditujukan pada lembaga
tertentu, baik pemerintah maupun swasta sebagai sarana untuk menentukan
kebijakan.
c)
Temuan
Istilah temuan baru (novelty) pada umumnya lebih
dikenal dalam bidang imlu kealaman. Setiap penelitian dikaitkan dengan
permasalahan temuan yang berhasil diungkapkan. Secara teoretis temuan
dihasilkan melalui hipotesis. Penelitian pada dasarnya membuktikan hipotesis
sekaligus menemukan temuan tersebut.
Istilah temuan yaitu penciptaan dan pemahaman.
Apabila temuan megandaikan bahwa sesuatu yang dijadikan sebagai objek belum
diketahui keberadaanya, sebaliknya, penciptaan mengandaikan bahwa objek
benar-benar belum ada, belum diketahui. Objek diciptakan oleh subyek
penciptanya.
d)
Daftar Pustaka
Daftar pustaka, daftar bacaan, pustaka acuan,
referensi, dan bibliografi menurut pemahaman yang lain adalah buku-buku bacaan
yang berfungsi untuk menopang validitas analisis penelitian. Penelitian
merupakan akumulasi penelitian terdahulu, sejak ilmu pengetahuan ditemukan
dalam kaitannya dengan sejarah ilmu pengetahuan, sejak peneliti secara sah
melibatkan diri dalam perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri disatu pihak,
menjadi seorang peneliti formal dalam kaitannya dengan program studi tertentu.
Penulisan daftar pustaka tidak mudah seperti diduga
sebelumnya. Pertama, daftar pustaka disusun secara alfabetis. Kedua, setiap
jenis karya ilmiah memerlukan cara penulisan yang berbeda. Seperti penulisan
cetak miring dan penggunaan tanda kutip.
e)
Glosarium
Glosarium didefinisikan sebagai kamus yang lebih
ringkas sebab hanya berkaitan dengan bidang tertentu. Penyusunan glosarium didasarkan
atas dua kemungkinan, pertama, istilah-istilah khusus sebagi istilah kunci,
dalam hubungan ini berkaitan dengan masalah pokok penelitian. Kedua ,
istialh-istilah yang berasal baik dari bahasa daerah maupun asing yang dianggap
perlu dan berkaitan dengan objek penelitian. Istilah-istilah kunci khusus
diperlukan oleh pembaca yang tidak sebidang.
Glosarium disusun secara alfabetis setiap istilah
dijelaskan dengan kata-kata yang lugas, mudah dimengerti. Glosarium berfungsi
untuk membantu pembaca dalam memahami isi uraian secara keseluruhan, bukan
menyajikan istilah baru yang justru mempersulit pemahamannya. Pembaca bukan
semata-mata berasal dari disiplin yang bersangkutan melainkan dari berbagai
disiplin ilmu.
f)
Indeks
Indeks disusun secara alfabetis. Tujuannya jelas
untuk memperoleh informasi secara cepat. Alfabet, urutan huruf yang disepakati
secara universal. Diduga ditemukan oleh orang semit kuno (1.500SM) yang memberi
kemudahan.
Indeks ada dua yaitu indeks nama dan indeks subjek
atau masalah. Secara definitif indeks nama terdiri atas urutan semua nama
orang, yaitu para penulis buku dan nama-nama lain yang dianggap relevan.
Sedangkan indeks subjek adalah urutan pokok permasalahan yang dibicarakan dalam
analisis. Ciri khas indeks dicantumkannya halaman.
g)
Penggunaan bahasa
Ciri-ciri terpenting bahasa karya ilmiah adalah
ringkas, lugas, efektif, dan efisien. Bahasa karya ilmiah langsung ditujukan
pada hakikat objek. Bahasa karya ilmiah adalah denotatif, tidak bermakna ganda,
meskipun objek yang dijelaskan mengandung banyak makna.
Secara praktis dalam penyajian suatu hasil
penelitian hendaknya dihindarkan penggunaan kata penghubung diawal kalimat.
Karya ilmiah disajikan dengan menggunakan kalimat-kalimat singkat dengan
susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Penggunaan bahasa karya
ilmiahberpedoman dengan ejaan yang
disempurnakan (EYD) dan berbagai buku petunjuk penyusunan karya ilmiah.
h)
Lampiran
Lampiran tercantum paling akhir. Lampiran, apindeks
adalah semua data pendukung yang tidak bisa dimuat dalam uraian tetapi memiliki
fungsi menentukan dalam rangka menopang data. Sinopsis cerita, cerita itu
sendiri, undang-undang, kliping data, daftar informan, daftar pernyataan,
surat-surat perjanjian, dan sebagainya dimasukkan kedalam lampiran. Semua
lampiran harus dirujuk dalam analisis sehingga tidak ada lampiran yang tidak
berfungsi.
Daftar
Pustaka
Ratna, nyoman kutha. 2010. Metodologi penelitian. Yogyakarta:pustaka pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar